Hiperhidrosis bisa terjadi dalam berbagai jenis, tetapi biasanya dapat diklasifikasikan menjadi hiperhidrosis primer (lokal) dan sekunder (umum). Hiperhidrosis primer biasanya terjadi di telapak tangan (palmar), ketiak (aksila), atau telapak kaki (plantar).
Efek jangka panjang dari hiperhidrosis cenderung bersifat psikologis, termasuk rasa malu, cemas, dan tertekan. Hal ini dapat menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menimbulkan masalah penyesuaian diri, bahkan depresi. Kualitas hidup juga bisa menurun karena banyaknya adaptasi yang diperlukan untuk mengatasi kondisi ini. Hiperhidrosis juga cenderung memburuk karena stres, sehingga pada saat stres, biasanya akan terjadi beberapa momen keringat keluar secara berlebihan. Namun, efek penyakit hiperhidrosis pada setiap orang berbeda-beda.
Keringat berlebih dapat meningkat pada beberapa kondisi medis tertentu, misalnya peningkatan keringat dan iritasi kulit sehingga pasien lebih rentan mengalami infeksi kulit. Mereka mungkin juga mengalami ruam kulit, seperti eksim.
Berkeringat adalah mekanisme tubuh untuk mendinginkan diri saat suhu menjadi terlalu panas. Ini adalah mekanisme perlindungan diri karena kita bisa kehilangan panas saat keringat menguap.
Tubuh akan berkeringat saat kita berada dalam suhu yang panas, saat berolahraga, atau saat kita mengalami demam. Berkeringat juga bisa terjadi karena faktor psikologis, seperti stres dan cemas. Otak kita dapat merasakan perubahan suhu tubuh dan emosi dan saat perubahan itu terdeteksi, sinyal saraf akan dikirim dari otak menuju kelenjar keringat di seluruh tubuh. Sinyal ini kemudian akan mengaktifkan kelenjar keringat dan memerintahkannya untuk memproduksi keringat. Pada kondisi hiperhidrosis, beberapa kelenjar keringat tampaknya terlalu aktif dan bekerja berlebihan sehingga memproduksi keringat yang lebih banyak dari biasanya dan berlebihan.
Hiperhidrosis Primer dan Sekunder
Hiperhidrosis primer adalah gangguan yang belum diketahui penyebabnya secara pasti. Ini adalah bagian dari hiperhidrosis dan akan menyebabkan gejala yang khas, termasuk produksi keringat berlebih di telapak tangan, telapak kaki, selangkangan, ketiak (axilla), dan area lain di tubuh kita di mana lipatan kulit bertemu, seperti siku dan bawah payudara. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena hiperhidrosis primer, termasuk di antaranya stres (terutama kecemasan), panas, dan cedera tulang belakang.
Berbeda dengan hiperhidrosis primer, penyebab hiperhidrosis sekunder bisa ditemukan. Ini termasuk disfungsi saraf otonom, infeksi, kanker, menopause, obat-obatan tertentu, seperti insulin dan antidepresan (misalnya bupropion), serta penyakit lain, seperti diabetes dan hipertiroid.