Nodul paru-paru adalah pertumbuhan jaringan abnormal kecil di paru-paru yang berukuran sekitar 0,5 - 2 cm. Jaringan yang lebih besar disebut massa paru (tumor paru) dan lebih berpotensi menjadi kanker.
Bisanya, dokter memerlukan waktu beberapa lama untuk membandingkan hasil tes pemindaian nodul guna melihat apakah ada peningkatan dalam jumlah atau ukuran. Hal ini dilakukan untuk menentukan apakah nodul berpotensi menjadi kanker atau tidak.
Nodul-nodul ini sulit dideteksi. Hasil laporan menyatakan bahwa hanya 1% nodul yang bisa dideteksi oleh sinar-X dan 30% melalui CT scan.
Terdapat dua tipe nodul paru-paru. Nodul jinak (tidak berpotensi kanker) atau nodul ganas, yang ditentukan melalui beberapa ciri-ciri, termasuk ukuran, bentuk, karakteristik, dan muatan dalam pertumbuhannya.
Nodul jinak bisa disebabkan oleh infeksi penyakit, seperti tuberkolosis (TBC), atau infeksi jamur, atau mungkin goresan dari infeksi sebelumnya. Penyakit kronis lain seperti rheumatoid arthritis (rematik) atau peradangan kronis pada sendi juga dapat menyebabkan infeksi yang memicu terbentuknya sel tumor. Terakhir, pertumbuhan jaringan yang tidak terkendali dari jaringan fibrosa di paru-paru juga dapat menyebabkan nodul paru-paru.
Nodul ganas bisa terbentuk karena beberapa variasi kanker, mulai dari kanker yang terjadi di paru-paru (primer) dan kanker yang telah bermetastasis dari organ-organ tubuh lainnya.
Pada umumnya, nodul paru-paru adalah penyakit asimptomatik (tanpa gejala) dan biasanya akan diambil ketika pasien menjalani skrining. Terkadang, nodul akan nampak pada batuk parah yang tidak kunjung sembuh meskipun pasien sudah berobat.
Saat rontgen dengan sinar-X, nodul paru-paru biasanya akan terlihat seperti bintik di dada jika ukuran diameternya lebih besar dari 1 cm. Maka dari itu, nodul paru-paru biasanya akan dideteksi ketika pasien melakukan pemeriksaan terhadap kondisi pernapasan lainnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, CT scan menjadi metode skrining yang umum dipakai untuk penyakit ini. Di ICTS, kami menawarkan paket skrining yang melibatkan CT scan dosis rendah non-kontras yang dapat mengangkat nodul dengan diameter sebesar 5 mm. Nodul-nodul ini akan diteliti selama beberapa waktu untuk menilai apakah nodul bertambah besar ukurannya atau bertambah banyak jumlahnya. Langkah ini memungkinkan deteksi pada nodul kanker.
Ketika nodul yang berpotensi kanker telah terkonfirmasi baik melalui CT scan maupun biopsi, PET CT scan dipakai untuk mengevaluasi level aktivitas metabolisme tubuh. Nodul jenis ini membutuhkan lebih banyak sumber makanan untuk tumbuh yang mana dimungkinkan dalam level metabolisme yang tinggi. PET CT scan akan menyala di area ini sehingga dapat menunjukkan lokasi nodul kanker tersebut.
Sebuah jarum akan dimasukkan ke dalam nodul, dengan arahan CT scan, untuk mengambil sampel jaringan. Kemudian, sampel jaringan ini akan diuji laborat untuk memeriksa aktivitas abnormal pada jaringan. Langkah ini akan membantu Dr. Aneez untuk menentukan apakah nodul ini berpotensi kanker atau tidak.
Prosedur ini melibatkan penggunaan bronkoskop - selang lentur yang dipasangi kamera. Alat ini akan masuk dari mulut ke saluran udara untuk kemudian dilakukan biopsi.
Prosedur yang lebih canggih ini memakai sistem panduan navigasi yang mengarah kepada nodul-nodul dengan ukuran serupa untuk mendapatkan sampel jaringan yang akurat. Langkah ini juga dipakai untuk menargetkan nodul dengan penanda warna sebelum menjalani operasi guna mengangkat nodul dengan lebih akurat.
Untuk nodul jinak, tidak ada pengobatan yang harus dijalani. Namun, jika nodul itu muncul karena infeksi aktif, masalah ini akan dinilai dan ditangani dengan semestinya.
Jika pasien tidak bisa mendapatkan diagnosis pasti selain dengan biopsi, pasien disarankan untuk menjalani biopsi eksisi guna mengeluarkan nodul melalui metode operasi. Di ICTS, pilihan untuk operasi invasif minimal lebih disarankan.
Prosedur pertama adalah operasi toraks dengan bantuan video. Operasi ini dijalankan dengan memberikan 2-3 lubang sayatan pada dada dan nodul akan dikeluarkan. Ini dapat membantu mempercepat masa pemulihan.
Prosedur ini dijalankan dari platform robot dan memungkinkan dokter bedah kardiotoraks di Singapura untuk melakukan operasi dengan lebih presisi. Penanda warna khusus dipakai untuk selanjutnya menunjukkan lokasi sayatan yang memungkinkan untuk potongan yang lebih kecil serta masa pemulihan yang lebih pendek.
Ini adalah bentuk tradisional dari operasi paru-paru terbuka, yang mana dokter spesialis di Singapura akan membuat sayatan pada dinding dada untuk mengeluarkan nodul. Operasi semacam ini lebih invasif dan membutuhkan waktu rawat inap lebih lama bersamaan dengan masa pemulihan pasca operasi.